OLEH
KELOMPOK
2
v
RINALDI
SYARFIANTO
v
LIDYA
NINGSIH
v
FAHMI
RAHMAT AZIZ
v
SUSMI SYAHFRIDA YANI
v
M.AL
ANWARI
v
KHAIRUL
AZMI
TEKNIK INFORMATIKA
FAKULTAS SAINS TEKNOLOGI
UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU
T.P
2013/2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur
kehadirat allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunianya serta kemampuan
kepada tim penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat
dan salam tidak lupa pula kita sampaikan pada junjungan alam yakni nabi
muhammad SAW.
Adapun tujuan
penyusunan makalah ini merupakan tugas mata kuliah BAHASA INDONESIA semester 1
tahun pelajaran 2013/2014. Dalam penyusunan makalah ini, tim penyusun
mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang sangat berperan penting dalam
menyelesaikan makalah ini, khususnya ibu Arini AR. S.pd sebagai dosen dari mata
kuliah bahasa indonesia yang telah memberikan ilmu serta bimbingannya kepada
tim penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah ini.
Tim penulis
merasa bahwa makalah ini masih bnyak kekurangan , untuk itu penulis juga
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca untuk kesempurnaan
makalah ini kedepannya. Penulis minta
maaf apabila ada kekurangan dan kesalahan dalam pembuatan makalah ini.
Pekanbaru, Oktober 2013
Tim
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .......................................................................................i
DAFTAR ISI ....................................................................................................ii
BAB
I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang...................................................................................................
1
1.2 Rumusan masalah..............................................................................................
2
1.3 Tujuan...............................................................................................................
2
BAB
II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Ejaan................................................................................................
3
2.2 Perubahan-perubahan unsur ejaan di indonesia...........................................3
2.2 Ruang Lingkup...................................................................................................4
2.2.1 Pemakaian
Huruf..................................................................................4
2.2.2 Penulisan
Huruf.....................................................................................7
2.2.3 Penulisan
kata......................................................................................10
2.4 Penulisan Unsur Serapan..................................................................................13
2.4.1Pemakaian Tanda
Baca......................................................................14
BAB
III PENUTUP
3.1 Kesimpulan.....................................................................................................
18
DAFTAR
PUSTAKA..........................................................................................
20
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bahasa memiliki peranan penting
dalam kehidupan karena selain digunakan sebagai alat komunikasi secara langsung
atau lisan, bahasa juga dapat digunakan sebagai alat komunikasi secara tulisan.
Dalam era globalisasi seperti sekarang ini, bahasa berfungsi sebagai media
penyampaian secara baik dan tepat dan dengan penyampaian informasi secara
tertulis, diharapkan masyarakat dapat menggunakan media tersebut secara baik
dan benar.
Untuk memadukan suatu kesepakatan
dalam etika berbahasa, disinilah peran aturan baku digunakan. Dalam hal ini
kita selaku warga negara yang baik hendaknya selalu memperhatikan aturan-aturan
ketatabahasaan indonesia yang baik dan benar. Ejaan merupakan salah satu dari
aturan-aturan tersebut. Sehingga ejaan di indonesia banyak mengalami pergantian
dari tahun ke tahun guna mengikuti perkembangan zaman. Adapun tujuan dari
pergantian sistem ejaan di indonesia tidak lain hanya untuk menyempurnakan
aturan berbahasa masyarakat indonesia. Pedoman umum ejaan bahasa indonesia yang
disempurnakan adalah wujud kongkret dari penyempurnaan ejaan di indonesia saat
ini. Ejaan yang Disempurnakan (EYD) di indonesia adalah submateri dalam
ketatabahasaan indonesia yang memiliki peran cukup besar dalam mengatur etika berbahasa
secara tertulis sehingga diharapkan informasi tersebut dapat disampaikan dan
dipahami secara baik dan terarah. Dalam praktiknya diharapkan aturan tersebut
dapat digunakan dalam keseharian masyarakat sehingga proses penggunaan tata
bahasa indonesia dapat dilakukan secara baik dan benar.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang
telah disampaikan sebelumnya, maka dapat dirumuskan sebuah masalah yakni :
1.
Apa yang
dimaksud dengan ejaan ?
2.
Bagaimana
perubahan-perubahan ejaan di indonesia ?
3.
Bagaimanakah
ruang lingkup ejaan yang disempurnakan (EYD) itu ?
4.
Apakah yang
dimaksud dengan unsur serapan ?
1.3
Tujuan
1.
Menjelaskan
tentang pengertian ejaan
2.
Menjelaskan
ruang lingkup ejaan yang disempurnakan (EYD)
3.
Menjelaskan cara
penulisan unsur serapan ejaan di indonesia
4.
Menjelaskan
perubahan-perubahan ejaan di indonesia
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Ejaan
Ejaan adalah
seperangkat aturan tentang cara menuliskan bahasa dengan menggunakan huruf,
kata, dan tanda baca sebagai sarananya. Ejaan yang disempurnakan adalah ejaan
bahasa Indonesia yang berlaku sejak tahun 1972. Ejaan ini menggantikan ejaan
sebelumnya, Ejaan Republik atau Ejaan Soewandi.
Pengertian kata ejaan berbeda dengan
kata mengeja. Mengeja adalah kegiatan melafalkan huruf, suku kata, atau
kata. Sedangkan ejaan adalah suatu sistem aturan yang jauh lebih luasdari
sekedar masalah pelafalan. Ejaan mengatur keseluruhan cara menuliskan bahasa.
Ibarat sedang
mengemudi kendaraan, ejaan adalah rambu lalulintas yang harus dipatuhi oleh
setiap pengemudi. Jika para pengemudi mematuhi rambu-rambu yang ada,
terciptalah lalu lintas yang tertib danteratur. Seperti itulah kira-kira bentuk
hubungan antara pemakai bahasa dengan ejaan.
2.2 Perubahan-Perubahan Ejaan di indonesia
Berdasarkan sejarah perkembangan ejaan, sudah mengalami perubahan
sistem ejaan, yaitu :
1. Ejaan Van
Ophuysen
Ejaan ini mulai berlaku sejak bahasa Indonesia lahir dalam awal
tahun dua puluhan. Ejaan ini merupakan warisan dari bahasa Melayu yang menjadi
dasari bahasa Indonesia.
2.
Ejaan Suwandi
Setelah ejaan Van Ophuysen diberlakukan, maka muncul ejaan yang
menggantikan, yaitu ejaan Suwandi. Ejaan ini berlaku mulai tahun 1947 sampai
tahun 1972.
3. Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) :
Ejaan ini mulai berlaku sejak tahun 1972 sampai sekarang. Ejaan ini merupakan
penyempurnaan yang pernah berlaku di Indonesia. Ejaan bahasa Indonesia yang
Disempurnakan (EYD) diterapkan secara resmi mulai tanggal 17 Agustus 1972
dengan Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor : 57/1972 tentang
peresmian berlakunya “Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan”. Dengan
berlakunya EYD, maka ketertiban dan keseragaman dalam penulisan bahasa
Indonesia diharapkan dapat terwujud dengan baik.
PERUBAHAN PEMAKAIAN HURUF DALAM TIGA EJAAN BAHASA INDONESIA
Ejaan Yang Disempurnakan (EYD)
(mulai 16 Agustus 1972)
|
Ejaan Republik (Ejaan Soewandi)
1947-1972
|
Ejaan Ophuysen
(1901-1947)
|
Khusus
Jumat
Yakni
|
Chusus
Djum’at
Jakni
|
Choesoes
Djoem’at
Ja’ni
|
2.3
Ruang Lingkup
Ruang lingkup EYD mencakup lima
aspek yaitu :
2.3.1
Pemakaian Huruf
Ejaan bahasa Indonesia Yang
Disempurnakan (EYD) dikenal paling banyak menggunakan huruf abjad. Sampai saat
ini jumlah huruf abjad yang digunakan sebanyak 26 buah.
a.
Huruf Abjad
Abjad yang digunakan dalam
ejaan bahasa Indonesia terdiri atas huruf berikut. Nama setiap huruf disertakan
disebelahnya.
Huruf
|
Nama
|
Huruf
|
Nama
|
Huruf
|
Nama
|
A
a
B
b
C
c
D
d
E
e
F
f
G
g
H
h
I
i
|
a
be
ce
de
e
ef
ge
ha
i
|
J
j
K
k
L
l
M
m
N
n
O
o
P
p
Q
q
R
r
|
je
ka
el
em
en
o
pe
ki
er
|
S
s
T
t
U
u
V
v
W
w
X
x
Y
y
Z
z
|
es
te
u
ve
we
eks
ye
zet
|
b.
Huruf Vokal
Huruf
yang melambangkan vokal dalam bahasa Indonesia terdiri atas huruf a, e, i,
o, dan u.
Huruf
Vokal
|
Contoh
pemakaian dalam kata
|
||
Di
awal
|
Di
tengah
|
Di
akhir
|
|
A
e
i
o
u
|
api
enak
itu
oleh
ulang
|
padi
petak
simpan
kota
bumi
|
lusa
sore
murni
radio
ibu
|
c.
Huruf Konsonan
Huruf
yang melambangkan konsonan dalam bahasa Indonesia terdiri atas huruf-huruf b,
c, d, f, g, h, j, k, l, m, n, p, q, r, s, t, v, w, x, y, dan z.
Huruf
konsonan
|
Contoh
pemakaian dalam kata
|
||
Di
awal
|
Di
tengah
|
Di
akhir
|
|
B
c
d
f
g
h
j
k
l
m
n
p
q
r
s
t
v
w
x
y
z
|
Bahasa
cakap
dua
fakir
guna
hari
jalan
kami
lekas
maka
nama
pasang
Quran
raih
sampai
tali
varia
wanita
xenon
yakin
zeni
|
sebut
kaca
ada
kafan
tiga
saham
manja
paksa
alas
kami
anak
apa
Furqan
bara
asli
mata
lava
hawa
-
payung
lazim
|
adab
-
abad
maaf
balig
tuah
mikraj
politik
kesal
diam
daun
siap
-
putar
lemas
rapat
-
-
-
-
juz
|
d.
Huruf Diftong
Di
dalam bahasa Indonesia terdapat diftong yang dilambangkan dengan ai, au, dan
oi.
Huruf
Diftong
|
Contoh
pemakaian dalam kata
|
||
Di
awal
|
Di
tengah
|
Di
akhir
|
|
Ai
au
oi
|
ain
aula
-
|
syaitan
saudara
boikot
|
pandai
harimau
amboi
|
e.
Gabungan Huruf Konsonan
Di dalam bahasa Indonesia terdapat
empat gabungan huruf yang melambangkan konsonan, yaitu : kh, ng, ny, dan
sy.Masing-masing melambangkan satu bunyi konsonan.5)
Gabungan
huruf konsonan
|
Contoh
pemakaian dalam kata
|
||
Di
awal
|
Di
tengah
|
Di
akhir
|
|
Kh
ng
ny
sy
|
khusus
ngilu
nyata
syarat
|
akhir
bangun
hanyut
isyarat
|
tarikh
senang
-
arasy
|
2.3.2
Penulisan Huruf
Dua hal yang harus diperhatikan dalam penulisan huruf
berdasarkan EYD, yaitu :
a.
Penulisan Huruf Besar (Kapital)
Kaidah penulisan huruf besar dapat digunakan dalam beberapa
hal, yaitu :
1. Digunakan sebagai huruf pertama kata
pada awal kalimat.
Misalnya :
Dia menulis surat di kamar.
Tugas bahasa Indonesiasudah dikerjakan.
2.
Digunakan sebagai
huruf pertama petikan langsung.
Misalnya :
Ayah bertanya, “Apakah
mahasiswa sudah libur?”.
“Kemarin engkau terlambat”,
kata ketua tingkat.
3.
Digunakan sebagai huruf pertama dalam ungkapan yang
berhubungan dengan nama Tuhan, kata ganti Tuhan, dan nama kitab suci.
Misalnya :
Allah Yang Maha kuasa lagi Maha
penyayang.
Terima kasih atas bimbingan-Mu
ya Allah.
4.
Digunakan sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan ,
keturunan, keagamaan yang diikuti nama orang.
Misalnya :
Raja Gowa
adalah Sultan Hasanuddin.
Kita
adalah pengikut Nabi Muhammad saw.
5.
Digunakan sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan
pangkat yang diikuti nama orang, pengganti nama orang tertentu, nama instansi,
dan nama tempat.
Misalnya :
Wakil Presiden Yusuf Kalla memberi bantuan
mobil.
Laksamana Muda Udara Abd. Rahman telah
dilantik.
Dia diangkat menjadi Sekretaris
Jenderal Depdiknas.
Bapak Gubernur Sulawesi
Selatan menerima laporan korupsi.
6.
Digunakan sebagai huruf pertama unsur nama orang.
Misalnya :
Nurhikmah
Dewi Rasdiana Jufri
7.
Digunakan sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa,
dan nama bahasa.
Misalnya :
bangsa Indonesia
suku Sunda
bahasaInggris
8.
Digunakan sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari
raya, dan peristiwa sejarah.
Misalnya :
tahun Hijriyah
hari Jumat
bulan Desember
hari Lebaran
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
9.
Digunakan sebagai huruf pertama nama geografi unsur nama
diri.
Misalnya :
Laut Jawa
Jazirah Arab
Asia Tenggara
Tanjung Harapan
10.
Digunakan sebagai huruf pertama semua unsur nama negara,
lembaga pemerintah, ketatanegaraan, dan nama dokumen resmi, kecuali terdapat
kata penghubung.
Misalnya :
Republik Indonesia
Majelis Permusyawaratan Rakyat
11.
Digunakan sebagai huruf pertama penunjuk kekerabatan atau
sapaan dan pengacuan.
Misalnya :
Surat Saudara sudah saya
terima.
Mereka pergi ke rumah Pak
Lurah.
12.
Digunakan sebagai huruf pertama kata ganti Anda.
Misalnya :
Surat Anda telah saya balas.
Sudahkah Anda sholat?
13.
Digunakan sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar,
pangkat dan sapaan.
Misalnya :
Dr. (Doktor)
S.H. (sarjana hukum)
14.
Digunakan sebagai huruf pertama setiap unsur bentuk ulang
sempurna yang terdapat pada nama badan lembaga pemerintah dan ketatanegaraan,
serta dokumen resmi.
Misalnya:
Perserikatan Bangsa-Bangsa
Undang-Undang Dasar Republik Indonesia.
15.
Digunakan sebagai huruf pertama semua kata di dalam judul,
majalah, surat kabar, dan karangan ilmiah lainnya, kecuali kata depan dan
kata penghubung.
Misalnya :
Bacalah majalah Bahasa dan Sastra.
Ia menyelesaikan makalah “Asas-Asas
Hukum Perdata”.
b.
Penulisan Huruf Miring
Huruf miring digunakan untuk :
1.
Menuliskan nama buku, majalah, dan surat kabar yang dikutip
dalam tulisan.
Misalnya :
Buku Negarakertagama karangan
Prapanca.
Majalah Suara Hidayatullah
sedang dibaca.
Surat kabar Pedoman Rakyat
akan dibeli.
2.
Menegaskan dan mengkhususkan huruf, bagian kata, kata, dan
kelompok kata.
Misalnya :
Huruf pertama kata abad adalah a.
Dia bukan menipu, tetapi ditipu.
Buatlah kalimat dengan kata lapang
dada.
3.
Menuliskan kata nama ilmiah atau ungkapan asing.
Misalnya :
Politik devideet et impera
pernah merajalela di Indonesia.
2.3.3
Penulisan Kata
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penulisan
kata, yaitu :
1.
Kata Dasar
Kata
dasar adalah kata yang belum mengalami perubahan bentuk, yang ditulis sebagai
suatu kesatuan.
Misalnya : Dia teman baik saya.
2.
Kata Turunan (Kata berimbuhan)
Kaidah yang harus diikuti dalam
penulisan kata turunan, yaitu :
·
Imbuhan semuanya ditulis serangkai dengan kata dasarnya.
Misalnya : membaca, ketertiban,
terdengar dan memasak.
·
Awalan dan akhrian ditulis serangkai dengan kata yang
langsung mengikuti atau mendahuluinya jika bentuk dasarnya berupa gabungan
kata.
Misalnya : bertepuk tangan, sebar
luaskan.
·
Jika bentuk dasarnya berupa gabungan kata dan sekaligus
mendapat awalan dan akhiran, kata itu ditulis serangkai.
Misalnya : menandatangani,
keanekaragaman.
·
Jika salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam
kombinasi, gabungan kata itu ditulis serangkai.
Misalnya : antarkota, mahaadil, subseksi,
prakata.
3.
Kata Ulang
Kata ulang
ditulis secara lengkap dengan menggunakan tanda (-). Jenis-jenis kata ulang
yaitu :
·
Dwipurwa yaitu pengulangan suku kata awal.
Misalnya : laki lelaki
·
Dwilingga yaitu pengulangan utuh atau secara keseluruhan.
Misalny : rumah
rumah-rumah
·
Dwilingga salin suara yaitu pengulangan variasi fonem.
Misalnya :
sayur sayur-mayur
·
Pengulangan berimbuhan yaitu pengulangan yang mendapat
imbuhan.
Misalnya :
main bermain-main
4.
Gabungan Kata
·
Gabungan kata lazim disebut kata majemuk, termasuk
istilah khusus. Bagian-bagiannya pada umumnya ditulis terpisah.
Misalnya : mata kuliha, orang tua.
·
Gabungan kata, termasuk istilah khusus yang menimbulkan
kemungkinan salah baca saat diberi tanda hubung untuk menegaskan pertalian di
antara unsur bersangkutan.
Misalnya : ibu-bapak,
pandang-dengar.
·
Gabugan kata yang sudah dianggap sebgai satu kata ditulis
serangkai.
Misalnya :
daripada, sekaligus, bagaimana, barangkali.
5.
Kata Ganti (ku, mu, nya, kau)
Kata ganti ku dan kau
ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya. Sedangkan kata ganti ku,
mu, nya ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
Misalnya : kubaca, kaupinjam, bukuku,
tasmu, sepatunya.
6.
Kata Depan (di, ke, dari)
Kata depan di, ke, dan
dari ditulis terpisah dengan kata yang mengikutinya, kecuali pada
gabungan kata yang dianggap padu sebagai satu kata, seperti kepada dan daripada.
Misalnya : Jangan bermian di jalan
Saya pergi ke kampung halaman.
Dewi baru pulang dari kampus.
7.
Kata Sandang (si dan sang)
Kata si dan sang
ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.
Misalnya : Nama si pengrimi surat tidak jelas.
Anjing bermusuhan dengan sang kucing.
8.
Partikel
Partikel merupakan kata tugas yang
mempunyai bentuk yang khusus, yaitu sangat ringkas atau kecil dengan mempunyai
fungsi-fungsi tertentu. Kaidah penulisan partikel sebagai berikut :
·
Partikel –lah, -kah, dan –tah ditulis
serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
Misalnya : Bacalah buku itu
baik-baik!
Apakah yang dipelajari minggu
lalu?
Apatah gerangan salahku?
·
Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang
mendahuluinya kecuali yang dianggap sudah menyatu.
Misalnya : Jika ayah pergi, ibu pun
ikut pergi.
·
Partikel per yang berarti memulai, dari dan setiap.
Partikel per ditulis terpisah dengan bagian-bagian kalimat yang
mendampinginya.
Misalnya : Rapor
siswa dilihat per semester.
9.
Singkatan dan Akronim
·
Singkatan adalah nama bentuk yang dipendekkan yang terdiri
atas satu kata atau lebih.
Misalnya : dll = dan lain-lain
yth = yang terhormat
·
Akronim adalah singkatan yang berupa gabungan huruf awal,
gabungan suku kata, ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret kata yang
diperlakukan sebagai kata.
Misalnya : SIM = Surat Izin
Mengemudi
IKIP = Institut Keguruan dan Ilmu pendidikan
10.
Angka dan Lambang Bilangan
Dalam bahasa Indonesia ada dua macam angka yang lazim
digunakan , yaitu : (1) Angka Arab : 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, dan (2)
Angka Romawi : I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX, X.
Lambang bilangan dengan huruf dilakukan sebagai berikut :
1. Bilangan utuh. Misalnya : 15 (Lima
belas)
2. Bilangan pecahan.Misalnya : 3/4
(Tiga perempat)
3. Bilangan tingkat. Misalnya : Abad II
(Abad ke-2)
4. Kata bilagan yang mendapat akhiran –an.
Misalnya : tahun 50-an (lima
puluhan)
5. Angka yang menyatakan bilangan bulat
yang besar dapat dieja sebagian supaya mudah dibaca. Misalnya : Sekolah itu
baru mendapat bantuan 210 juta rupiah.
6. Lambang bilangan letaknya pada awal
kalimat ditulis dengan huruf. Kalau perlu diupayakan supaya tidak diletakkan di
awal kalimat dengan mengubah struktur kalimatnya dan maknanya sama. Misalnya :
Dua puluh lima siswa SMA tidak lulus. (benar) 55 siswa SMA 1 tidak lulus.
(salah)
7. Lambang bilangan yang dapat
dinyatakan dengan satu atau dua kata ditulis dengan huruf, kecuali beberapa
dipakai secara berurutan seperti dalam perincian atau pemaparan. Misalnya :
Amir menonton pertunjukan itu selama dua kali.
2.4
Penulisan Unsur Serapan
Penulisan unsur serapan dalam
bahasa Indonesia, sebagian ahli bahasa Indonesia menganggap belum stabil dan
konsisten. Dikatakan demikian karena pemakai bahasa Indonesia sering begitu
saja menyerap unsur asing tanpa memperhatikan aturan, situasi, dan kondisi yang
ada. Menggunakan bahasa seenaknya dan menggunakan kata asing tanpa memproses
sesuai dengan aturan yang telah diterapkan.
Penyerapan unsur asing dalam pemakaian bahasa indonesia
dibenarkan yaitu :
a. konsep yang terdapat dalam unsur
asing itu tidak ada dalam bahasa Indonesia, dan
b. unsur asing itu merupakan istilah
teknis sehingga tidak ada yang layak mewakili dalam bahasa Indonesia, akhirnya
dibenarkan, diterima, atau dipakai dalam bahasa Indonesia. sebaliknya apabila
dalam bahasa Indonesia sudah ada unsur yang mewakili konsep tersebut, maka
penyerapan unsur asing itu tidak perlu diterima.
Menerima unsur asing dalam
perbendaharaan bahasa Indonesia bukan berarti bahasa Indonesia
ketinggalan atau miskin kosakata. Penyerapan unsur serapan asing merupakan hal
yang biasa, dianggap sebagai suatu variasi dalam penggunaan bahasa Indonesia.
Hal itu terjadi karena setiap bahasa mendukung kebudayaan pemakainya. Sedangkan
kebudayaan setiap penutur bahasa berbeda-beda anatar satu dengan yang lain.
Maka dalam hal ini dapat terjadi saling mempengaruhi yang biasa disebut
akulturasi. Sebagai contoh dalam masyarakat penutur bahasa Indonesia tidak
mengenal konsep “radio” dan “televisi”, maka diseraplah dari bahasa asing
(Inggris). Begitu pula sebaliknya, di Inggris tidak mengenal adanya konsep
“bambu” dan “sarung”, maka mereka menyerap bahasa Indonesia itu dalam
bahasa Inggris.
Berdasarkan taraf integritasnya, unsur serapan dalam bahasa
Indonesia dikelompokkan dua bagian, yaitu :
1. Secara adopsi, yaitu apabila unsur
asing itu diserap sepenuhnya secara utuh, baik tulisan maupun ucapan, tidak
mengalami perubahan. Contoh yang tergolong secara adopsi, yaitu : editor,
civitas academica, de facto, bridge.
2. Secara adaptasi, yaitu apabila unsur
asing itu sudah disesuaikan ke dlaam kaidah bahasa Indonesia, baik
pengucapannya maupun penulisannya. Salah satu contoh yang tergolong secara
adaptasi, yaitu : ekspor, material, sistem, atlet, manajemen, koordinasi,
fungsi.
2.4.1
Pemakaian Tanda Baca
1.
Tanda Titik (.)
Penulisan tanda titik di pakai pada :
·
Akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan
·
Akhir singkatan nama orang.
·
Akhir singkatan gelar, jabatan, pangkat, dan sapaan.
·
Singkatan atau ungkapan yang sudah sangat umum.Bila
singkatan itu terdiri atas tiga hurus atau lebih dipakai satu tanda titik saja.
·
Dipakai untuk memisahkan bilangan atau kelipatannya.
·
Memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan
waktu.
·
Dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan,
ikhtisar, atau daftar.
·
Tidak dipakai pada akhir judulyang merupakan kepala
karangan atau ilustrasi dan tabel.
2.
Tanda koma (,)
Kaidah
penggunaan tanda koma (,) digunakan :
·
Antara unsur-unsur dalam suatu perincian atau pembilangan.
·
Memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat setara
berikutnya yang didahului oleh kata tetapi atau melainkan.
·
Memisahkan anak kalimat atau induk kalimat jika anak kalimat
itu mendahului induk kalimatnya.
·
Digunakan dibelakang kata atau ungkapan penghubung
antarkalimat yang terdapat pada awal kalimat. Termasuk kata : (1) Oleh
karena itu, (2) Jadi, (3) lagi pula, (4) meskipun begitu, dan (5) akan tetapi.
·
Digunakan untuk memisahkan kata seperti : o, ya, wah, aduh,
dan kasihan.
·
Memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat.
·
Dipakai diantara : (1) nama dan alamat, (2)
bagina-bagian alamat, (3) tempat dan tanggal, (4) nama dan tempat yang
ditulis secara berurutan.
·
Dipakai di muka angka persepuluhan atau di antara rupiah dan
sen yang dinyatakan dengan angka.
·
Dipakai antara nama orang dan gelar akademik yang
mengikutinya untuk membedakannya dari singkatan nama diri, keluarga, atau
marga.
·
Menghindari terjadinya salah baca di belakang
keterangan yang terdapat pada awal kalimat.
·
Dipakai di antara bagian nama yang dibalik susunannya dalam
daftar pustaka.
·
Dipakai untuk mengapit keterangan tambahan yang sifatnya
tidak membatasi.
·
Tidak dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian
lain yang mengiringinya dalam kalimat jika petikan langsung itu berakhir dengan
tanda tanya atau seru.
3.
Tanda Titik Tanya ( ? )
Tanda tanya dipakai pada :
·
Akhir kalimat tanya.
·
Dipakai di dalam tanda kurung untuk menyatakan bagian
kalimat yang diragukan atau kurang dapat dibuktikan kebenarannya.
4.
Tanda Seru ( ! )
Tanda seru dugunakan sesudah
ungkapan atau pertanyaan yang berupa seruan atau perintah yang menggambarkan
kseungguhan, ketidakpercayaan, dan rasa emosi yang kuat.
5.
Tanda Titik Koma ( ; )
Tanda titik koma dipakai :
·
Memisahkan bagian-bagian kalimat yang sejenis dan setara.
·
Memisahkan kalimat yang setara dalam kalimat majemuk sebagai
pengganti kata penghubung.
6.
Tanda Titik Dua ( : )
Tanda titik dua dipakai :
·
Sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemberian.
·
Pada akhir suatu pertanyaan lengkap bila diikuti rangkaian
atau pemerian.
·
Di dalam teks drama sesudah kata yang menunjukkan pelaku
dalam percakapan .
·
Di antara jilid atau nomor dan halaman.
·
Di antara bab dan ayat dalam kitab suci.
·
Di antara judul dan anak judul suatu karangan.
·
Tidak dipakai apabila rangkaian atau pemerian itu merupakan
pelengkap yang mengakhiri pernyataan.
7.
Tanda Elipsis (…)
Tanda ini menggambarkan
kalimat-kalimat yang terputus-putus dan menunjukkan bahwa dalam suatu petikan
ada bagian yang dibuang. Jika yang dibuang itu di akhir kalimat, maka dipakai
empat titik dengan titik terakhir diberi jarak atau loncatan.
8.
Tanda Garis Miring ( / )
Tanda
garis miring ( / ) di pakai :
·
Dalam penomoran kode surat.
·
Sebagai pengganti kata dan,atau, per, atau nomor
alamat.
9.
Tanda Penyingkat atau Apostrof ( ‘)
Tanda
penyingkat menunjukkan penghilangan sebagian huruf.
10.
Tanda Petik Tunggal ( ‘…’ )
Tanda
petik tunggal dipakai :
·
Mengapit petikan yang tersusun di dalam petikan lain.
·
Mengapit terjemahan atau penjelasan kata atau ungkapan
asing.
11.
Tanda Petik ( “…” )
Tanda
petik dipakai :
·
Mengapit kata atau bagian kalimat yang mempunyai arti
khusus, kiasan atau yang belum dikenal.
·
Mengapit judul karangan, sajak, dan bab buku, apabila
dipakai dalam kalimat.
·
Mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan,
naskah, atau bahan tertulis lain.
BAB III
PENUTUP
1.1
Kesimpulan
A. Pengertian
EYD
Ejaan yang disempurnakan adalah
ejaan bahasa indonesia yang berlaku sejak tahun 1972. Ejaan ini menggantikan
ejaan sebelumnya, Ejaan Republik atau Ejaan Soewandi. Ejaan adalah
seperangkat aturan tentang cara menuliskan bahasa dengan menggunakan huruf,
kata, dan tanda baca sebagai sarananya. Batasan tersebut menunjukan pengertian
kata ejaan berbeda dengan kata mengeja.
Mengeja adalah kegiatan melafalkan
huruf, suku kata, atau kata; sedangkan ejaan adalah suatu sistem aturan yang
jauh lebih luasdari sekedar masalah pelafalan. Ejaan mengatur keseluruhan cara
menuliskan bahasa.
B. Sejarah
Ejaan Bahasa Indonesia
Berdasarkan sejarah perkembangan ejaan, sudah tiga kali
mengalami perubahan sistem ejaan, yaitu :
1.
Ejaan Van Ophuysen
Ejaan
ini mulai berlaku sejak bahasa Indonesia lahir dalam awal tahun dua puluhan.
Ejaan ini merupakan warisan dari bahasa Melayu yang menjadi dasar bahasa
Indonesia.
2.
Ejaan Suwandi
Setelah
ejaan Van Ophuysen diberlakukan, maka muncul ejaan yang menggantikan, yaitu
ejaan Suwandi. Ejaan ini berlaku mulai tahu 1947-1972.
3.
Ejaan Yang Disempurnakan (EYD)
Ejaan
ini mulai berlaku sejak tahun 1972 sampai sekarang. Ejaan ini merupakan
penyempurnaan dari seluruh ejaan sebelumnya yang pernah berlaku di Indonesia.
PERUBAHAN PEMAKAIAN HURUF
DALAM TIGA EJAAN BAHASA INDONESIA
Ejaan yang Disempurnakan (EYD)
(mulai 16 Agustus 1972)
|
Ejaan
Republik
(Ejaan
Soewandi)
1947-1972
|
Ejaan
Ophuysen
(1901-1947)
|
Khusu
Jumat
Yakni
|
Chusus
Djum’at
Jakni
|
Choesoes
Djoem’at
Ja’ni
|
C. Ruang
Lingkup Ejaan Yang Disempurnakan (EYD)
a. Pemakaian Kata
b. Penulisan Huruf
c. Penulisan Kata
d. Penulisan Unsur Serapan
e. Penulisan Tanda Baca
DAFTAR PUSTAKA
Referensi
:
Buku
: Faizah, Hasnah. 2008. Mata Kuliah Dasar
Umum Bahasa Indonesia. Pekanbaru: Cendikia Insani.
Alek
A dan Achmad H.P. 2010. Bahasa Indonesia
untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: Kencana.
Web
: http://berbagitugaskuliah.wordpress.com/2011/12/17/makalah-bahasa-indonesia-ejaan-yang-disempurnakan/ kamis, 10 Oktober 2013 13.40
0 Response to "Makalah Bahasa Indonesia, Ejaan"